Setelah sembuh dari COVID-19, beberapa pasien mengalami rambut rontok. Apa penyebabnya? Apakah virus corona yang menjadi biang keladinya? Cari tahu faktanya!
Sebagian orang sudah hafal dan waspada dengan gejala infeksi virus corona. Namun, belum banyak yang tahu soal dampak yang bisa terjadi setelah sembuh dari COVID-19, termasuk soal rambut rontok.
Beberapa penyintas COVID-19 mengaku mereka mengalami kerontokan rambut yang parah setelah dinyatakan sembuh dari infeksi virus mematikan tersebut.
Kondisi ini tergolong langka. Ini karena mereka tidak pernah mengalami rambut rontok semasa sehat dahulu.
Rambut rontok setelah terinfeksi virus corona menjadi sorotan banyak orang, khususnya setelah aktris Hollywood, Alyssa Milano, mengunggah video mengenai kondisi kulit kepalanya di media sosial usai dinyatakan sembuh.
Orang-orang tak menyangka efek tersebut bisa terjadi pada penyintas COVID-19. Pasalnya, yang selama ini diketahui, COVID-19 adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan.
Apabila ada efek lanjutan yang paling utama terdampak mestinya organ paru-paru. Jadi, ketika efeknya malah terjadi pada rambut, hal ini tentu menimbulkan banyak pertanyaan.
Meski tampak aneh, rambut rontok setelah sembuh dari COVID-19 rupanya memang benar-benar nyata. Hal ini dibuktikan oleh sebuah survei ilmiah yang dilakukan oleh Natalie Lambert, Ph.D. dari University School of Medicine and Survivor Corps, Amerika Serikat.
Menurut laporan tersebut, seperempat dari penyintas COVID-19 yang menjadi partisipan survei ternyata memang mengalami kerontokan rambut.
Menurut dr. Devia Irine Putri, munculnya kerontokan rambut setelah mengalami COVID-19 memang bisa saja terjadi.
“Rambut rontok bisa dipengaruhi oleh beragam faktor, mulai dari genetik, ketidakseimbangan hormon, kondisi kesehatan, obat-obatan, hingga stres,” jelas dr. Devia.
“Pada pasien COVID-19, penyebab rambut rontok adalah demam tinggi dan stres. Mungkin tidak dirasakan langsung, tetapi kondisi ini bisa saja muncul di kemudian hari, karena bergantung pada siklus pertumbuhan rambut itu sendiri,” sambungnya.
Kondisi kerontokan rambut pada kasus ini disebut dengan telogen effluvium. Tak cuma penderita COVID-19 yang bisa mengalaminya, para ahli pun mengatakan kondisi tersebut dapat terjadi pada orang-orang yang sangat cemas terhadap virus corona.
Selain itu, orang-orang yang tidak terinfeksi tetapi terdampak pandemi; kehilangan pekerjaan, kematian orang yang dicintai, perubahan besar pada gaya hidup, juga berpotensi untuk mengalami telogen effluvium.
Dengan demikian, bukan virusnya yang membuat rambut sebagian orang mengalami kerontokan, melainkan stres yang dialami.
Saat jatuh sakit akibat kondisi apa pun dan Anda merasa stres akibat kondisi tersebut, rambut akan memasuki fase istirahat.
Hal ini membuat rambut tidak tumbuh atau berkembang. Ini dilakukan oleh rambut supaya tubuh dapat fokus untuk proses penyembuhan.
Ketika Anda sudah sembuh, rambut pun siap memulai pertumbuhannya lagi. Nah, pertumbuhan baru ini ternyata mendorong keluarnya rambut lama sehingga menimbulkan kerontokan.
Kondisi tersebut umumnya terjadi 3 hingga 6 bulan setelah Anda benar-benar pulih. Jadi, jika Anda sakit dan sembuh pada bulan Maret misalnya, kerontokan rambut mungkin akan terjadi pada Juni hingga Oktober.
Bagaimana Cara Mengatasi Rambut Rontok Setelah Sembuh dari COVID-19?
Makin berat tingkat stres saat sakit, makin hebat pula kerontokan rambut yang dialami. Helaian rambut mungkin bisa ditemukan di kamar mandi, sisir, tempat tidur, atau kursi Anda.
Karena itulah, cara utama yang harus dilakukan untuk mengatasi rambut rontok pada kondisi ini adalah dengan mengelola perasaan negatif (stres dan cemas) sebaik-baiknya.
Jika sudah dilakukan, mungkin butuh 1 hingga 3 bulan agar kerontokan rambut melambat atau berhenti. Kuncinya adalah sabar.
Telogen effluvium sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Tapi, jika Anda ingin membantu mengatasinya dengan produk antirontok dan vitamin rambut, itu boleh-boleh saja asalkan menggunakan produk yang tepat.
Selain itu, hindari terlalu sering menguncir rambut dan mengeringkannya dengan hair dryer. Pilihlah juga sampo yang mengandung biotin.
Apabila sudah ada bagian kulit kepala yang botak, itu berarti kerontokan rambut sudah tidak terkendali. Kondisi ini bisa menjadi alasan Anda untuk segera menemui dokter.
Rambut rontok ternyata bisa menjadi dampak setelah sembuh dari COVID-19.
artikel ditulis oleh Ayu Maharani untuk klikdokter
Kommentare